Banjir Bandang dan Lahar Dingin, Mitigasi Bencana dan Konservasi Lingkungan Perlu Dilakukan

4 Juni 2024, 14:36 WIB
Presiden Jokowi Tinjau Langsung Lokasi Terdampak Bencana Banjir Bandang Sumbar /Instagram/@jokowi

PADANG RAYA NEWS - Sumatera Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana alam. Provinsi ini memiliki topografi yang bervariasi, mulai dari pegunungan, dataran rendah, hingga pesisir pantai. Gunung Merapi, salah satu gunung berapi yang aktif di Indonesia, terletak di Manunggal, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, aktivitas vulkanik dari gunung ini sering kali memicu terjadinya banjir lahar, terutama saat hujan deras mengguyur daerah tersebut.

Sejarah bencana di Sumatera Barat cukup panjang. Selain aktivitas vulkanik, gempa bumi besar juga sering terjadi di wilayah ini. Beberapa kejadian bencana besar yang pernah terjadi antara lain gempa bumi Padang tahun 2009 dan letusan Gunung Merapi tahun-tahun sebelumnya yang menyebabkan banjir lahar. Pengalaman panjang ini seharusnya membuat masyarakat dan pemerintah lebih waspada, namun tantangan alam yang berat sering kali sulit dihadapi.

Banjir bandang dan lahar yang melanda Sumatera Barat baru-baru ini adalah tragedi yang menghancurkan. Dengan korban jiwa yang mencapai puluhan orang dan banyaknya orang yang masih dilaporkan hilang, bencana ini menjadi sorotan besar. Tim penolong dari berbagai lembaga masih terus bekerja keras dalam mencari dan menyelamatkan korban.

Baca Juga: SMAN 1 Solok Selatan Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah Minangkabau Halal Festival 2024

Banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah Sumatera Barat pada Sabtu, 11 Mei 2024 dan Minggu 12 Mei 2024. Bencana ini dipicu oleh hujan lebat dan meluapnya aliran sungai yang sebagian besar berhulu di Gunung Marapi. Penyebab utama dari banjir bandang dan lahar di Sumatera Barat adalah kombinasi dari faktor alam dan aktivitas manusia. Beberapa penyebab utama yaitu, curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat menyebabkan sungai meluap dan mengakibatkan banjir bandang.

Wilayah Terdampak Bencana

Bencana banjir bandang melanda Sumbar pada Sabtu malam, 11 Mei 2024. Padang Raya News/Istimewa

Kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, terdapat lima kabupaten/kota di Sumatera Barat yang terdampak banjir lahar, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang. Hujan deras ini juga memicu aliran lahar dari gunung berapi yang aktif, Gunung Merapi di Sumatera Barat adalah salah satu yang aktif. Ketika hujan deras turun, material vulkanik seperti abu dan batuan yang ada di lereng gunung akan terbawa air, menyebabkan banjir lahar, aktivitas penebangan hutan yang tidak terkontrol mengurangi daya serap air oleh tanah, hutan yang berfungsi sebagai penahan air berkurang, sehingga air hujan dengan mudah mengalir ke daerah yang lebih rendah, menyebabkan banjir, perubahan iklim global telah meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem.

Baca Juga: ASN Hingga Pensiun Tersenyum, Gaji ke 13 Mulai Dicairkan

Hujan lebat yang terjadi dalam waktu singkat menjadi lebih umum, meningkatkan risiko banjir bandang dan lahar, infrastruktur seperti bendungan, kanal, dan sistem drainase yang memadai sangat penting untuk mengendalikan aliran air. Banyak daerah di Sumatera Barat, infrastruktur ini masih kurang. Selain itu, banyak orang yang mengalami cedera serius dan memerlukan perawatan medis segera. Banyak rumah yang hancur akibat banjir dan lahar, membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara dengan kondisi yang sangat terbatasan. Banjir dan lahar merusak berbagai infrastruktur penting seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Kerusakan ini menghambat mobilitas dan akses bantuan, serta mengganggu aktivitas ekonomi.

Kehilangan tempat tinggal dan kerusakan infrastruktur mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pertanian, peternakan, dan bisnis lokal mengalami kerugian besar karena lahan pertanian rusak dan akses ke pasar terganggu. Trauma psikologis dialami oleh para korban, terutama anak-anak. Pengalaman kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal, dan harta benda dapat meninggalkan dampak jangka panjang yang membutuhkan penanganan khusus.

Baca Juga: Gelar Juara Liga Champions Toni Kroos Lebih Banyak dari Barcelona

Banjir Bandang Menelan Banyak Korban Jiwa

Geger Penemuan 3 Mayat Mengapung di Sijunjung, Dugaan Sementara Korban Banjir Bandang Lahar Dingin Marapi Padang Raya News/Istimewa

Berdasarkan laporan, Suharyanto menyampaikan, korban jiwa yang meninggal dunia akibat bencana pada tanggal 11 Mei 2024 sampai saat ini tercatat menjadi 61 orang, 11 orang hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi. Adapun rincian dengan korban meninggal dunia di antaranya Kota Padang Panjang 2 orang, Kabupaten Agam 20 orang, Kabupaten Tanah Datar 19 orang, Kota Padang 1 orang, Kabupaten Padang Pariaman 8 orang.

Tim penolong di Sumatera Barat telah melakukan serangkaian upaya intensif untuk mencari korban yang dilaporkan hilang akibat banjir bandang dan lahar. Upaya pertama yang dilakukan adalah evakuasi dan penyisiran di daerah terdampak. Tim Search and Rescue (SAR) menggunakan perahu karet untuk menavigasi wilayah yang tergenang air dan alat berat seperti ekskavator untuk membersihkan puing-puing dan membuka akses jalan yang tertutup longsor. Drone juga digunakan untuk memantau area yang sulit dijangkau dan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi di lapangan.

Untuk mempercepat koordinasi dan distribusi bantuan, beberapa posko darurat didirikan di lokasi strategis. Posko-posko ini berfungsi sebagai pusat informasi dan distribusi bantuan logistik serta medis kepada para korban. Posko utama membantu memaksimalkan koordinasi antara berbagai tim penolong, termasuk BNPB, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan lokal yang turut serta dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Selain itu, alat berat seperti ekskavator dan bulldozer dikerahkan untuk mengatasi material longsor dan membuka akses yang tertutup, sehingga tim penyelamat bisa mencapai daerah-daerah yang terisolasi.

Baca Juga: Tahu Saus Padang, Ini Resep dan Cara Pembuatannya, Praktis dan Hemat Biaya !!

Proses ini krusial untuk memastikan bahwa tidak ada korban yang terperangkap di bawah puing-puing atau tertimbun tanah longsor. Setelah air surut, tim penolong segera melakukan pembersihan rumah dan fasilitas umum yang terdampak. Langkah ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit serta memulihkan kondisi kehidupan masyarakat setempat secepat mungkin.

Masyarakat lokal juga dilibatkan dalam proses pencarian dan pembersihan, baik sebagai relawan maupun dalam bentuk dukungan logistik dan moral. Kerjasama yang erat antara berbagai lembaga dan masyarakat lokal menjadi kunci dalam operasi penyelamatan ini. Upaya terpadu dan koordinasi yang baik di lapangan diharapkan mampu mempercepat proses pencarian dan penyelamatan korban, serta membantu pemulihan wilayah terdampak banjir dan lahar di Sumatera Barat.

Presiden Jokowi Kunjungi Daerah Terdampak Bencana Banjir Bandang Sumbar

Presiden Jokowi Tinjau Langsung Lokasi Terdampak Bencana Banjir Bandang Sumbar Instagram/@jokowi

Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri dan pejabat terkait saat meninjau langsung area terdampak bencana longsor dan banjir bandang lahar dingin di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat pada Selasa, 21 Mei 2024. Dalam kesempatan tersebut, ia memerintahkan jajaranya menambah dan membangun sabo dam guna mencegah bencana tersebut tidak terjadi lagi. Sabo Dam merupakan suatu sistem pengendalian bencana alam aliran yang membawa endapan, yang didirikan pada jalur aliran di pegunungan. Presiden menyebutkan, di wilayah yang terdampak setidaknya dibutuhkan sekitar 56 sabo dam.

"Untuk urusan lahar dingin betul ini memang setelah dihitung oleh Kementerian PU dibutuhkan sabo dam 56. Yang ada sekarang baru 2," kata Presiden.

Dalam waktu dekat, lanjutnya bakal ada pembangunan setidaknya 6 sabo dam. Ia pun memerintahkan agar pengerjaan tersebut dapat dimulai pada tahun ini.

"Terutama di tempat-tempat yang sangat penting ada enam segera harus dimulai. Tadi saya sudah perintahkan Pak Dirjen nanti akan perintah ke Menteri PU," ucapnya.

Baca Juga: Aliran Sungai Ngarai Sianok Meluap, Sejumlah Bangunan Terendam

Perlu Dilakukan Mitigasi Bencana dan Konservasi Lingkungan

Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang diterbitkan pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait Erupsi Gunung Marapi di Agam Sumatera Barat

Sementara itu, Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jambi, Melani Indah Putri mengatakan untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana serupa di masa depan, langkah mitigasi dan pencegahan perlu diperkuat. Penguatan sistem peringatan dini dan edukasi masyarakat tentang cara menghadapi bencana sangat penting. Masyarakat perlu diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk merespons bencana dengan cepat dan efektif.

"Upaya penghijauan kembali hutan yang gundul sangat penting untuk mengurangi risiko banjir. Konservasi hutan juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan daya serap air oleh tanah. Perencanaan tata ruang yang baik harus mencakup identifikasi daerah rawan bencana dan pengaturan pembangunan di daerah tersebut. Pembangunan harus dilakukan dengan memperhatikan risiko bencana dan menggunakan teknologi yang dapat mengurangi dampaknya," ucapnya dalam ketarangan yang dikirim ke Padang Raya News pada Selasa, 4 Juni 2024.

Menurutnya, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pengendali banjir seperti bendungan, kanal, dan sistem drainase harus menjadi prioritas. Infrastruktur yang kuat dapat membantu mengendalikan aliran air dan mencegah banjir bandang. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat dalam penanggulangan bencana sangat penting.
Kerjasama yang baik dapat memastikan respons yang cepat dan efektif dalam menghadapi bencana.

"Banjir bandang dan lahar di Sumatera Barat adalah pengingat betapa rentannya kita terhadap bencana alam. Meskipun upaya penyelamatan terus dilakukan, kita perlu belajar dari kejadian ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih baik di masa depan. Pengelolaan risiko bencana yang efektif, konservasi lingkungan, perencanaan tata ruang yang bijaksana, dan kerjasama yang kuat antar berbagai pihak adalah kunci untuk mengurangi dampak bencana dan membantu masyarakat bangkit kembali. Dengan komitmen bersama, kita dapat membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bagi semua," pungkasnya.

Editor: Fauzaki Aulia

Tags

Terkini

Terpopuler